Kamis, 03 Maret 2011

Tahun Spesial
TAHUN ini sarat dengan peristiwa spesial bagi Sania Mirza. Petenis cantik ini mengalami salah satu episode terpenting dalam hidupnya setelah menikahi bintang kriket Pakistan, Shoaib Malik. Dengan status baru sebagai nyonya Shoaib, ulang-tahunnya ke-24 yang jatuh pada 16 November lalu pun terasa spesial.
    Istimewanya lagi, petenis kelahiran Hyderabad ini menikmati momen itu bersama orang-orang terdekat: para anggota tim tenis India yang sedang berlaga di ajang Asian Games, dan tentu saja bersama keluarga besarnya..
    "Ini menjadi tahun yang sangat spesial untukktu. Saya telah menemukan suami yang sempurna, punya keluarga sempurna. Ibuku (Nasima) juga ulang-tahun yang sama denganku. Shoaib juga di sini. Sangat mengasyikkan merayakan ulang-tahun bersama orang-orang terdekat," ujarnya.
    Perayaan ulang-tahun sederhana tapi khidmat itu digelar di Aoti Tennis Center, di Guangzhou, sebelum training sessiom, pada tengah pekan lalu. Sania meniup lilin, dan memotong kue yang lantas diserahkan pada sang suami yang lalu mengecup pipinya.
    Pesta itu digelar secara mendadak. Awalnya, Sania berencana merayakan diam-diam hanya bersama suaminya. Namun, saudara-saudara yang lain, serta rekan sesama atlet  juga ternyata merencanakan pesta untuknya. Ia pun akhirnya melarutkan diri dalam pesta bersama.
    "Padahal saya bukan tipe perempuan penyuka pesta. Saya tak suka keramaian. Saya lebih memilih menggelar makan malam yang hening hanya berdua dengan Shoaib," ujar peraih dua medali emas di Asian Games 2006 ini.
    Ibu Sania, Nasima yang juga hadir di Guangzhou, China, menyebut inilah salah satu perayaan ulang-tahun paling meriah bagi anaknya.
    "Ini seperti setting yang sempurna. Sania bisa berkumpul dengan rekannya sesama atlet, sekaligus juga dengan keluarga besar. Biasanya, Ia merayakan ulang-tahun di rumah." ujar ibu Sania.
    Menanggapi usianya yang semakin beranjak, Sania berharap dirinya bisa menjadi manusia yang lebih baik.
    "Semakin bertambah usiamu, semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamanmu. Kamu dituntut semakin bijaksana menyikapi hidup," katanya.
    Ia merefleksi lagi pengalaman tahun lalu yang menurutnya lebih banyak duka saat berkarier.  "Ada saatnya ketika kita tak pernah tahu apakah bisa bermain lagi atau tidak. Dan itu gara-gara cedera pergelangan tanganku ini. Lima bulan praktis saya tak berlatih, dan itu menjadi momen terburuk sepanjang karierku," ujarnya.
    "Itu saat-saat yang sangat rawan dengan depresi dan frustrasi. Tapi, terima-kasih Tuhan saya bisa melewatinya dengan baik. Dan berhasil meraih dua medali  di Commomenwealth games. Ini penebus kekecewaan yang sangat baik," katanya.
    India memang berharap banyak pada Sania, yang memenangi medali emas pada nomor ganda, dan ganda campuran di Asia Games empat tahun lalu. Ia pun meraih perak di nomor tunggal.
    Kendati demikian, sempat ada ketakutan juga merebak di tim India setelah Sania terkena flu dan demam. Hal itu juga yang menjadi berkah untuk tim putri Indonesia, yang menyikat India 3-0, meski di babak selanjutnya harus terhenti oleh Thailand.
    "Saya memang tak bisa main di nomor beregu karena sakit. Tapi saya siap berlaga di nomor tunggal. Tunggal putri Asia sedang booming saat ini. Banyak petenis tangguh dari Jepang dan China bermunculan. Dan ini pasti jadi pertarungan seru," katanya. (Tribunnews/den)



Sania Fact
Nama lengkap: Sania Mirza
Negara: India
Kediaman: Hyderabad, India
Tanggal lahir: 15 November 1986 (24 tahun)
Tempat lahir: Mumbai, India
Tinggi: 1.73 m
Berat: 57 kg
Turun di Pro: 2003
Gaya main: Tangan kanan (dua tangan backhand)
Tunggal
Rekor Karier: 219-113 (64.6%)
Rekor Juara: 1 WTA, 13 ITF
Rangking tertinggi: No. 27 (27 Agustus 2007)
Rangking sekarang: No. 111
Ganda
Rekor Karier: 153-82
Rekor Juara: 9 WTA, 4 ITF
Rangking Tertinggi: No. 18 (10 September 2007)
Rekor Medali
Asian Games
Emas     2006 Doha    Ganda Campuran
Perak    2006 Doha    Tunggal
Perak    2006 Doha    Tim
Commonwealth Games
Perak    2010 Delhi    Tunggal
Perunggu 2010 Delhi    Ganda putri

Serba-Favorit
- Film: Tom and Jerry, Tweety, Love Actually
- Aktor: Akshay Kumar, dan Brad Pitt
- Kota: New York    
- Aksesoris: Cincin hidung
- Busana: Calvin Klein
- Mobil: BMW7series dan Mercedes Benz
- Olahraga: tenis, dan kriket




Jadi Simbol Pemersatu
PERNIKAHAN Sania Mirza dengan bintang kriket Pakistan, Shoaib Malik sempat mengundang polemik panas. Maklum, kedua negara selama ini saling berseteru.
    Lepas dari polemik tersebut, Sania pun menjadi simbol pemersatu perbedaan. Ia dinilai berani merintis jalan perdamaian dari jurang perbedaan yang selama ini kerap menimbulkan konflik antardua negara yang semula bersatu itu.
    Tak pelak, ia pun kini kerap diundang untuk berceramah di berbagai acara sosial. Seperti baru-baru ini ketika ia diminta menjadi bintang tamu peluncuran film 'Punni Ki Kahaniyan' sebuah film produksi Action International South Asia.
    'Punni Ki Kahaniyan' adalah film yang mengampanyekan tentang harmoni perbedaan untuk anak-anak. Film itu diputar di berbagai sekolah di Hyderabad, Delhi, Patna, Bhopal, Jaipur, dan Patna, wilayah yang selama ini kerap bergejolak karena pertikaian antaretnis maupun antaragama.
    Di acara tersebut, Sania meminta generasi muda India untuk memegang teguh prinsip multikulturalisme.    
    Acara itu dihadiri sekitar 1500 anak-anak dari remaja dari 35 sekolah. Sania mengatakan India adalah negara besar yang terdiri dari berbagai suku bangsa hingga harus menghargai perbedaan.
    "Saya sudah bepergian ke berbagai pelosok negeri di dunia, dan bertemu dengan aneka manusia yang punya warna kulit berbeda, bertemu dengan berbagai agama berbeda. Dan bagiku itu sungguh dahsyat. Itulah berkah dari olahraga yang menyatukan segala perbedaan," ujarnya. (Tribunnews/den)


Menunggu Putusan Pengadilan
SANIA Mirza kini sedang menunggu panggilan dari pengadilan setempat. Tak tanggung-tanggung, ia dituntut seorang warga  Prakash Kumar Thakur terkait dengan pelecehan terhadap negara.
    Tuntutan pertama berkaitan dengan sikap Sania, yang dituding melecehkan negara setelah hanya duduk diam dengan santai --sedang hadirin yang lain pada berdiri-- saat diperdengarkan lagu kebangsaan pada sebuah acara nasioanal, dua tahun sialm.
    Tadinya, sidang kasus tersebut akan digelar pertengahan November ini. Namun, dengan alasan yang tak diketahui akhirnya dimundurkan menjadi empat Desember nanti.
    Selain Mirza, Menteri Pemuda dan Olahraga India Mani Shankar Aiyar juga diadukan untuk kasus yang sama. Thakur mendakwanya berdasarkan Pasal 2 Akta Pencegahan Penghinaan Kehormatan Nasional tahun 1971, ke pengadilan Chief Judicial Magistrate (CJM) India.
    Thakur melaporkan Mirza setelah sebuah surat kabar memberitakan bahwa petenis putri itu mengarahkan kakinya ke bendera nasional dalam sebuah upacara.
    Ia menyatakan tindakan petenis kelahiran 15 November 1986 tersebut melukai hatinya sehingga ia melaporkan kasusnya ke CJM.
    Selain itu Thakur juga melaporkan Aiyar karena jabatannya sebagai menteri olahraga meski tidak terkait langsung dengan peristiwa itu. (Tribunnews/den)

Dari Terapi Alternatif sampai Metode Militer
CEDERA pergelangan tangan kanan Sania Mirza memang membuatnya prestasinya anjlok. Maklum, cedera itu terjadi sejak 2009, sempat sembuh pertengahan 2009, namun kembali kambuh dan baru bisa pulih lagi pada pertengahan 2010 ini.
    Tak hanya cara medis, Sania pun menempuh berbagai cara pengobatan alternatif.
Menurut pengakuan Sania, selama ini memang dirinya mendapat perawatan khusus dari tim dokter. Tapi, lanjutnya, justru pengobatan yang jauh lebih terasa adalah kala ia mendapat perawatan dari pemain kriket, Yuvraj Singh.
    Sania menyebut, Yuvraj selama ini memberikan treatment khusus bagi pergelangan tangannya. Yuvraj memang berpengalaman dalam urusan pergelangan tangan, sesuatu yang memang paling dominan dilakukan Yuvraj di arena kriket.
    "Anda tentu bingung kala mendapati tangan Anda tidak bisa apa-apa, termasuk juga tak bisa mengangkat barang yang ringan seperti garpu misalnya.  Itulah yang dulu kualami, tapi berkat kesabaran Yuvraj, keajaiban akhirnya datang, dan kini aku sudah sehat kembali,"tutur Sania ketika itu.
    Treatment yang diberikan Yuvraj pun terbilang sederhana. Kala tidur, ia tak boleh menindih bagian lengan dengan tubuhnya, alias pantang untuk tidur telungkup. Setelah bangun, tangannya yang bermasalah  langsung dilenturkan dan ditarik ke atas. Sania pun tak dibolehkan mengangkat beban yang terlalu berat, harus gradual.
    Metode itu awalnya dinilai cukup berhasil, Sania pun bisa sempat berlaga di beberapa pertandingan. Namun, setelah itu cedera kembali menghampiri.
    Selain metode tradisional, ia pun pernah melakukan terapi berupa mengikuti pelatihan ala militer. Sayang, metode ini pun ternyata masih belum mempan untuk menyembuhkan cedera menahun yang menimpanya. (Tribunnews/den)


Bermula dari Anggukan sang Ibu
USIANYA baru lima tahun ketika orang-tuanya, Imran dan Naseema memberikan sebuah raket. Mereka pun mengajaknya nonton langsung pertandingan Conchita Martinez, dan Steffi Graf.
    Imran Mirza kemudian bertanya pada sang istri, apakah ingin melihat anaknya menjadi petenis putri. Naseema pun mengangguk, dan sejak itulah cikal bakal petenis putri terbaik Asia sudah dibentuk.
    Sania kecil mulai serius belajar tenis pada usia enam tahun dengan ditangani PA Jain, dan Ravi Chander. Partai internasional pertama dilakoni saat usianya 13 tahun ketika ia bermain di turnamen ITF Junior.
    Dalam waktu singkat ia langsung mencuri perhatian para pecinta tenis. Bermain tenis sepanjang waktu biasanya berisiko pada terbengkalainya pendidikan si anak. Tapi tidak bagi Sania.
    Ia lulus dengan gemilang dari sekolah menengah. Sedang ia pun meraih prestasi meyakinkan di lapangan tenis dengan menjuarai nomor ganda putri Wimbledon --grandslam pertama yang pernah direbut petenis India.
    Impian menjadi petenis kelas dunia pun tercapai. Namun, ada sebuah impian lain yang harus dikejar yakni menjadi seorang Doktor di dunia ilmu pendidikan. Jadi petenis, dan doktor memang cita-citanya sejak kecil.
    Keberuntungan datang ketika MGR University mendapuknya dengan gelar doktor kehormatan pada 2008. Impiannya pun tercapailah sudah. "Saat saya kecil, saya punya dua impian yakni jadi petenis, dan jadi doktor. Cita-cita pertama sudah tercapai, dan cita-cita kedua akhirnya tercapai juga. Terima-kasih untuk pihak universitas," ujarnya ketika itu. Ah, Sania, hidup sepertinya ramah sekali kepadamu. (Tribunnews/den)
Senjata Pamungkas
AKHIRNYA Chelsea mendapatkan Fernando Torres. Setelah merayu, melobi, dan coba meyakinkan selama setahun lebih, Roman Abramovich sukses mendatangkan sang bintang ke London Barat. Tugas berat kini disandarkan pada Carlo Ancelotti, Mampukah ia menjadikan 'El Nino' sebagai senjata pamungkas untuk mempertahankan gelar juara Premier League?
    Masalah utama untuk Ancelotti adalah, dimana ia akan menempatkan Torres yang nota bene penyerang yang punya tipikal sama dengan Didier Drogba?
    Keduanya murni centre-forwards, pemain yang hanya bisa beroperasi sebagai ujung tombak di lini penyerangan. Sama-sama jadi goal getter dengan tingkat egoisme tinggi.
    Bahkan di timnas Spanyol, keberadaan Torres memaksa David Villa beroperasi agak ke kiri di area kotak penalti. Ini untuk membuka peluang Torres menjelajah secara maksimal di area operasinya.
    Tak hanya itu, Ancelotti juga harus menemukan formula agar Torres bisa bersenyawa  dengan para gelandang ofensif The Blues yang rata-rata bertipe haus gol.
    Bertaburnya pemain bintang memang ibarat pisau bermata dua. Jika gagal memadukannya, maka keruntuhan tim akan jadi jawaban. Sebaliknya, jika sukses meramu jadi tim yang utuh, kejayaan akan jadi jaminan.
    Untunglah, Ancelotti termasuk kategori pelatih yang punya talenta unik untuk memadukan para pemain bintang, dan juga diberkati improvisasi tinggi.
    Ketika pertama datang ke Chelsea pada 2009, ia langsung menerapkan jurus andalan selama di AC Milan, formasi berlian 4-4-2. Awalnya, formasi ini berjalan sukses.
    Di pertengahan musim, terjadilah krisis berupa badai cedera, yang menggerogoti kekuatan di lini tengah dan lini belakang. Keseimbangan tim pun mulai goyah.
    Tak hilang akal, Don Carlo mengubah formasi jadi 4-3-3. Terobosan strategi yang membuat The Blues kembali menunjukkan kejayaan, dan meraih gelar ganda, Premier League, serta FA Cup.
    Musim ini, badai cedera kembali melanda, ditambah dengan belum adanya kesamaan kimiawi antarpemain. Menjadikan Chelsea melorot ke peringkat empat, dan terpaut sepuluh poin dari Manchester United pada pertengahan pekan lalu.
    Kedatangan Torres memberikan harapan baru untuk kembali pada formasi berlian -- setelah sebelumnya praktis Chelsea hanya memasang Drogba sebagai lone ranger, dan Nicolas Anelka lebih beroperasi sebagai penyerang sayap.
    Tak seperti Anelka, Torres mustahil jika hanya dijaga oleh satu bek lawan. Butuh minimal dua pemain untuk mematikan striker maut ini. Demikian juga Drogba, yang pergerakan dan kekuatannya kerap membuat tim lawan kalang-kabut.  Jika keduanya dipasang bersamaan, maka otomatis perhatian para wingback tim lawan akan tersedot.
    Dan celah inilah yang memberi peluang para gelandang ofensif Chelsea untuk menebar tusukan dan tendangan mautnya. Baik melalui Frank Lampard, Florent Malouda, maupun lewat Michael Essien.
    Di belakang, atau yang jadi buntut dari formasi berlian, Jon Obi Mikel bisa menjadi pemain yang diandalkan. Ia punya kekuatan, dan keberanian untuk membantu lini pertahanan.
Juga punya kecepatan, dan umpan terobosan akurat untuk mengalirkan arus serangan balik.
    Sepertinya, ini bakal menjadi skenario yang sangat menjanjikan. Namun, semua itu hanya skenario di atas kertas. Faktanya, ada banyak faktor lain yang juga harus diperhitungkan.
    Faktor kimiawi antarpemain misalnya. Chelsea punya pengalaman pahit saat mendatangkan Andriy Shevchenko beberapa tahun lalu.
    Punya talenta luar biasa, penyerang Rusia ini mendadak gagap di Stamford Bridge. Semua sepakat, Sheva gagal beradaptasi, dan tak bisa menangkap unsur kimiawi serupa yang dipancarkan rekan-rekannya.
     Padahal, saat di AC Milan, Sheva tak terbantahkan adalah mesin gol yang mengerikan. Sayang, bakat besar itu tak menemukan tempatnya di Chelsea.
    Tapi, baiknya diingat juga bahwa yang menemukan bakat cemerlang Sheva di San Siro tak lain adalah Carlo Ancelotti. Carletto memang seperti punya indera keenam untuk mengolah pemain bertalenta jadi pemain besar.
    Dan kini, Carletto kedatangan penyerang fantastis, Fernando Torres.  Wajar saja jika kemudian orang-orang menunggu akan seperti apa jadinya 'El Nino' di tangan pelatih terbaik dunia 2003 versi World Soccer Magazine ini. (Tribunnews/den)

Torres Fact
Nama lengkap: Fernando José Torres Sanz
Tanggal lahir: 20 Maret 1984 (26 tahun)
Tempat lahir: Fuenlabrada, Spanyol
Tinggi: 1.85 m
Posisi: Striker
Informasi Klub
Klub sekarang: Chelsea
Nomor:    9
Karier Yunior
1995-2001    Atlético Madrid
Karier Seni
2001-2007    Atlético Madrid    214    (82)
2007-2011    Liverpool    102    (65)
Tim Nasional
2000    Spanyol U15    1    (0)
2001    Spanyol U16    9    (11)
2001    Spanyol U17    4    (1)
2001    Spanyol U18    1    (1)
2002    Spanyol U19    5    (6)
2002-2003    Spanyol U21    10    (3)
2003-    Spain    82    (26

Penghargaan Individual
Top skorer Nike Cup: 1999
Pemain terbaik Turnamen Algarve: 2001
Top skorer Turnamen Algarve: 2001
Pemain terbaik Piala Eropa u-16: 2001
Top skorer Piala Eropa u-16: 2001
Pemain terbaik Piala Eropa u-19: 2002
Top skorer terbaik Piala Eropa u-19: 2002
Top skorer Liverpool:  2007-08, 2009-10
Pemain terbaik Liverpool: 2007-08
FIFPro World XI (2): 2008, 2009
Player of the month Premier league: Februari 2008, September 2009


Kata mereka
Dwight Yorke, mantan pemain Man United
Punya Segalanya
DIA punya segala yang dibutuhkan. Torres memiliki kecepatan, kekuatan, dan bagus dalam duel di udara. Saya pikir Chelsea akan membawa Torres mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Hal yang belakangan ini jarang terlihat. (den)

Carlo Ancelotti, Pelatih Chelsea
Cepat Adaptasi
TORRES tidak punya masalah bermain dengan Drogba atau dengan striker lain. Ia cepat beradaptasi. Mungkin kami harus bermain dengan dua striker bersama-sama, tapi itu bukan masalah. Hal itu tidak akan banyak membuat perubahan.Mungkin dengan formasi berlian di lini tengah, bentuk formasi kami tidak akan berubah terlalu banyak. (den)

Frank Lampard, Gelandang Chelsea
Tangan Terbuka
SETIAP  pemain papan atas dan kelas dunia tentu akan kami sambut dengan tangan terbuka. Semua tentu sudah tahu kualitas Torres. Kami memang membutuhkan bantuan pemain terbaik untuk bisa meraih meraih banyak mimpi. (den)

Kaus Terlaris di Inggris
KEPERGIAN Fernando Torres dari Anfield disambut ratapan dan tetesan air mata para pendukungnya. Apa boleh buat, bomber Spanyol itu terlanjur jadi simbol pahlawan kubu Merseyside.
    Mendarat di Liverpool pada 2007, kecepatan, skill, dan naluri mencetak gol dari berbagai sudut membuat 'El Nino' langsung mendapat tempat di hati para Liverpudlian.
    Para pendukung The Kop kerap menyanyikan namanya di lapangan, memasang banner besar di stadion, dan dalam beberapa kasus ada pendukung yang sampai mengganti nama menjadi Torres --agar lebih identik dengan sang bomber.
    Ia menjelma jadi legenda hidup Liverpool, yang telah lama kehilangan ikon terbaiknya sejak era Ian Rush.
    "Fernando Torres adalah striker terkomplet di Liverpool yang pernah saya lihat," tulis seorang pengasuh blog Liverpool FC, Paul Tomkins.
    "Ia punya kecepatan dan penyelesaian seperti Ian Rush. Kelebihannya, ia bisa duel satu lawan satu, bahkan lawan dua pemain, punya skill lengkap untuk membantu gelandang. Ia pekerja keras, dan terlihat loyal pada klub. Ia sempurna," tulis Tomkins.
    "Fernando Torres, Liverpool number 9". Nyanyian itu kerap terdengar di Anfield. Selama dua tahun berturut-turut pula, kostum nomor 9 Torres tercatat paling laris penjualannya di daratan Inggris.
    Torehan golnya dahsyat. 81 gol dari 142 partai. Di musim pertamanya, ia jadi bomber pertama sejak Robbie Fowler yang menembus 30 gol dalam satu musim.
    Semua itu kini tinggal kenangan. The Blues telah membajak si anak emas ini. Yang tersisa adalah tangisan, dan juga kemarahan. Tak heran, sejumlah suporter The Kop melampiaskan kekesalan dengan membakar kaus Torres.
    Di pihak lain, kubu Chelsea sepertinya sadar betapa tinggi nilai 'El Nino'. Tengah pekan ini, atau kurang dari empat hari setelah transfer resmi, mereka sudah mulai menjual kaus Torres bernomor-punggung sembilan. Tidak hanya untuk kaus home, namun juga untuk kaus away berwarna hitam, serta kaus ketiga yang berwarna hijau. (Tribunnews/den)


Pacu Semangat Pemain Lain
KEDATANGAN Fernando Torres ke Stamford Bridge akan menimbulkan efek psikologis positif bagi keseluruhan tim. Keyakinan itu digaungkan mantan pemain pemain timnas Inggris, Martin Keown.
    Dalam kolom yang ditulis untuk Daily Mail, Keown menyebutkan, bagaimana pun Torres punya predikat yang membuat para pemain lain berseru "Wow!"
    Bagaimana pun, tulisnya, 'El Nino' punya reputasi mentereng : juara dunia, dan juga raja di Eropa bersama negaranya, Spanyol. Tak ada pemain lain di The Blues yang punya reputasi sehebat itu.
    Keown mengulas, fenomena kehadiran Torres akan sama seperti ketika Gilberto Silva datang ke Arsenal pada 2002 --dimana saat itu dirinya masih berkiprah.
    "Silva saat itu adalah pemain hebat. Saya ingat reaksi para pemain saat latihan. Mereka jadi tampil lebih bersemangat untuk menunjukkan kehebatan, tak mau kalah dengan pemain bintang baru, Mereka jadi lebih fokus, dan ingin tampil lebih baik," tulis Keown.
    Ia menegaskan, persaingan akan mengerucut di lini depan, yang diisi Didier Drogba, dan Nicolas Anelka. Drogba akan terpicu untuk menambah lagi perbendaharaan gol. Selama ini, ia seakan menjadi mesin gol yang tak bisa tergantikan siapa pun, dan itu bisa membuatnya terlena.   
    "Kondisi serupa akan terjadi pada Anelka. Saya pernah berlatih bersama dengannya. Jadi, saya tahu pasti bagaimana reaksinya. Ia akan merasa tertantang untuk mendemontrasikan penampilan terbaiknya," tulis Keown.
    Pria yang mengakhiri karier di Reading pada 2005 ini berharap, Carlo Ancelotti bisa memanfaatkan potensi tiga striker ganas yang mereka punya saat ini.
    "Akan sangat dahsyat, dan menarik kiranya jika tiga striker itu dipasang bersamaan. Torres, Drogba, dan Anelka. Ini akan sama dengan Manchester United dulu seperti masih diperkuat Carlos Tevez, Cristiano Ronaldo, dan Wayne Rooney," tulisnya. (Tribunnews/den)


Perpindahan yang Menyakitkan
MANTAN gelandang Liverpool, Luis Garcia meyakini, kegagalan Liverpool meraih trofi juara menjadi salah satu penyebab utama Fernando Torres hengkang dari Merseyside ke Chelsea. Namun, katanya, Torres pasti sangat berat hati untuk pindah ke Stamford Bridge
    Garcia bermain untuk Liverpool dari 2004 sampai 2007. Ia hengkang hanya sehari sebelum Torres bergabung The Reds dari Atletico Madrid. Keduanya jadi tandem kompak saat di Atletico, dan dikenal sebagai sahabat dekat, serta terus berkomunikasi hingga kini.
    "Saya tahu benar, Torrres meninggalkan Atletico karena klub itu gagal memberikan gelar juara di kompetisi apapun. Ia pun dengan berat hati akhirnya meninggalkan klub yang dicintainya," kata Garcia dikutip dari BBC Five Live.
    Ia mengatakan, Liverpool menjadi tujuan Torres karena memang El Nino sudah lama dikenal sebagai fan The Reds. "Torres pun percaya, Liverpool punya segala potensi untuk meraih banyak gelar juara," ujar Garcia.
    Di beberapa kesempatan, katanya, Torres sering bercerita betapa kuatnya tradisi sepakbola di Merseyside. "Ia mengaku kagum dengan para suporter di sana yang loyal, dan  dengan manajemen tim yang profesional. Ia merasa bahagia."
    Karenanya, Garcia mengaku sempat terkejut ketika akhirnya Torres pindah ke Chelsea.  "Saya yakin, perpindahan itu pasti sangat menyakitkan untuknya. Ia cinta Atletico tapi harus pergi ke Liverpool untuk mencari gelar juara. Kini, meski sangat mencintai Liverpool, ia  terpaksa pindah ke Chelsea untuk mendapatkan gelar juara yang diidam-idamkannya," kata gelandang yang kini membela klub Yunani, Panathinaikos tersebut.
    Torres sendiri mengakui, gelar champions adalah satu-satunya obsesi saat ini. "Ketika tim sekelas Chelsea, yang setiap musim berkesempatan meraih Piala Champions menawari Anda untuk bergabung, rasanya Anda bakal sulit untuk menolaknya," ujar Torres lugas. (Tribunnews/den)

Jejak Langkah El Nino
1984: 20 Maret lahir di Madrid
1995: Main pertandingan pertama di klub yunior Atletico Madrid
1999: Teken kontrak profesional pertama dengan Atletico
2001: Jadi pemain termuda Atletico yang bermain di di Ligane (liga remaja La Liga), dan jadi topskorer saat Spanyol juara Piala Eropa U-16
2002: Top skorer saat Spanyol juara Piala Eropa U-19
2003: Debut di tim senior Spanyo melawan Portugal
2004: Masuk tim Spanyol untuk Euro 2004.
2006: Cetak tiga gol di final Piala Dunia di Jerman
2007: 4 Juli tiba di Liverpool, dan dikontrak enam tahun dengan nilai transfer 20 juta pound
2007: 19 Agustus cetak gol pertama untuk The Reds saat imbang 1-1 dengan Chelsea di Anfield
2008: 3 Maret, Hattrick pertama saat menggulung West ham 4-0
2008: 30 April, tampil cemerlang di semifinal Champions melawan Chelsea, namun akhirnya kalah lewat ekstra time
2008: Mengakhiri musim dengan 33 gol dari 46 partai di segala kompetisi
2009: 14 Agustus diperpanjang kontrak sampai 2013
2009: 9 Desember cedera paha selama sebulan
2010: 21 Februari, jadi pemain pengganti melawan Manchester City setelah absen lama pasca-operasi lutut
2010: 13 Maret, mempertimbangkan masa depan di Liverpool jika klub gagal mendatangkan pemain bagus musim depan
2010: 11 April dipaksa ke dokter spesialis setelah cedera lututnya berlanjut
2010: 18 April harus istirahat sampai akhir musim lantaran cedera lutut parah. Rekornya tetap impresif dengan 22 gol dari 32 partai
2010: 11 Juli, mengangkat trofi Piala Dunia setelah Spanyol mengalahkan Belanda 1-0 di final. Namun, ia kerap jadi cadangan karena masih belum 100% sembuh dari cedera
2010: 3 Agustus, berkomitmen tetap bertahan di Liverpool
2011: 28 Januari, Liverpool menolak tawaran Chelsea. Belakangan The Kop mengaku juga menolak permintaan pindah dari Torres
2011: 31 Januari, Torres mendapat izin bicara dengan Chelsea setelah Liverpool sepakat dengan transfer 50 juta poundsterling (sekitar Rp 715 miliar)
   
Lokomotif Spurs
SEORANG fan Tottenham Hotspur menyambut kedatangan Rafael Van der Vaart (VDV) ke White Hart Lane musim ini dengan pesimistis dan sinis. "Pasanglah tato di dahimu bertuliskan 'I hate Arsenal and Sol Campbell' pasti Anda akan mendapat simpati dari kami," tulis fan itu di situs Come On Spurs.
    Diperkenalkan di White Hart Lane pada 11 September pukul 17.00 WIB waktu setempat, VDV tentu saja tak menuruti saran konyol tersebut. Ia cukup memberikan senyuman simpatik, dan lambaian hangat. Ribuan fan Spurs yang memenuhi stadion pun langsung tersihir.
    Dan mereka semakin jatuh cinta ketika VDV tampil begitu inspiratif dalam debutnya 10 hari kemudian saat Spurs bermain imbang melawan West Brom. Setelah itu grafiknya terus menanjak. Prediksi ia bakal jadi lokomotif yang mendorong prestasi Spurs menjadi kenyataan.
    Tengok saja, ia jadi satu-satunya pemain Spurs sepanjang sejarah yang pernah mencetak enam gol beruntun di enam pertandingan kandang. Terakhir itu dilakukan saat Spurs imbang dengan Sunderland 1-1 tengah pekan lalu.
    Tak heran, mantan gelandang Real Madrid ini terpilih sebagai pemain terbaik bulan Oktober di pentas Premier League. Ia dinilai sebagai pemain anyar yang paling cepat beradaptasi, dan paling memberikan pengaruh positif pada tim.
    Pada Oktober, atau hanya dua bulan setelah resmi bergabung, VDV memang langsung tancap gas. Ia mencetak tiga gol, dan sejumlah assist hingga diganjar anugerah pemain terbaik.
    VDV memulai bulan Oktober dengan memborong dua gol kala menumbangkan Aston Villa 2-1 di White Hart Lane, Ia kemudian melepaskan tengan chip menawan yang menjadi assist untuk Roman Pavlyuchenko menjebol gawang Fulham. Dilanjutkan dengan eksekusi cantik atas umpan Peter Crouch yang menjadi gol penyama 1-1 melawan Everton.
    Ia mengikuti jejak lima pemain Belanda lain yang pernah mendapat anugerah serupa: Dennis Bergkamp, Ruud van Nistelrooy, Arjen Robben, dan  Robin van Persie
    Rafael Ferdinand van der Vaart, demikian nama lengkapnya. Lahir di  Heemskerk, kota kecil di sebelah utara Belanda pada 1983 dari ayah Belanda, dan ibu Spanyol. Saat kecil dirinya fan Manchester United. Beranjak sepuluh tahun, seperti banyak sebayanya, ia bergabung dengan
Ajax Youth Academy.
    Di sekolah sepakbola yang pernah menelorkan pesepakbola elite seperti  Johan Cruyff, Patrick Kluivert, dan Marco van Basten, VDV langsung memperlihatkan talenta. Tak heran, usia 17 tahun ia sudah masuk skuad Ajax senior. Sejak itu ia terus melaju, dan satu-satunya penghalang hanyalah cedera permanen pada lututnya.
    VDV dikontrak Spurs pada hari terakhir transfers window dari Real Madrid. Tepatnya, hanya dua jam sebelum tenggat Bayarannya sekitar delapan juta pound, yang menjadi rekor tersendiri untuk Spurs. Namun, itu pula yang sempat jadi perdebatan. Ada yang menilai harganya terlalu mahal mengingat di Madrid sendiri ia lebih banyak dibangku-cadangkan.
    Tapi VDV dengan cepat membungkam para pengkritiknya dengan cara sungguh elegan.  Ia menunjukkan daya adaptasi tinggi dengan langsung nyetel pada skema yang diperagakan pelatih Harry Redknapp. Sebuah prestrasi tersendiri mengingat pemain sekaliber Dennis Bergkamp dan Thierry Henry pun sebelumnya butuh adaptasi beberapa partai sebelum on fire.
    Hadirnya VDV di lini tengah, ditopang juga dengan aksi menawan Gareth Bale di sisi kiri, ditambah dengan membaiknya performa Jermain Defoe jika sembuh dari cederanya kelak, tak pelak membuat harapan fan Spurs melambung tinggi.
    Mereka terkenang kembali pada kejayaan Spurs di masa lalu. Nama-nama besar seperti
Chris Waddle, Gary Lineker, Paul Gascoigne, Glenn Hoddle, Jurgen Klinsmann, dan David Ginola memang pernah membuat bendera Spurs berkibar di Premier League.
    Kini, dengan hadirnya VDV ditunjang para pemain lain yang punya kualitas hampir setara, dan di bawah sihir sang Harry 'Houdini', para suporter Spurs sah-sah saja jika mengimpikan tim pujaan mereka merebut juara Premier League, atau kenapa tidak berkhayal lebih tinggi lagi: Piala Champions. Ya, kenapa tidak? (Tribunnews/den)
Pencerahan Vlasic
Intro
Atlet lompat tinggi Kroasia, Blanka Vlasic terpilih atlet putri terbaik 2010 oleh International Association of Athletics Federations (IAAF). Sebuah penghargaan atas perjuangan keras mengatasi frustrasi yang membuat atlet 27 tahun ini nyaris pensiun tahun lalu

BLANKA Vlasic menebar senyuman di Monaco akhir pekan lalu saat menerima piala sebagai atlet putri terbaik tahun ini dari IAAF. Itulah anugerah bergengsi pertama yang ditorehkan atlet asal Kroasia di jagat atletik.
    Bagi khalayak ramai, menyaksikan atlet lompat tinggi berusia 27 tahun itu sumringah bukanlah hal aneh. Terlebih mengingat betapa dahsyatnya prestasi si cantik ini ini --selama lima tahun terakhir ia meraih 93 kemenangan di berbagai ajang atletik internasional.
    Tapi yang tak banyak diketahui adalah, betapa di balik senyumannya, Vlasic sebenarnya pernah meneteskan berliter-liter air mata, dan sempat berkubang dalam frustrasi, terutama dalam tiga tahun terakhir. Sesuatu yang membuatnya nyaris memutuskan untuk pensiun dari arena atletik.
    "Saat saya kalah di Olimpiade Beijing, kemudian kalah lagi di Golden League pada 2008, serta hanya peringkat empat di kejuaraan Eropa, itulah masa terburuk dalam hidupku," ujar Vlasic.
    "Saya benar-benar mengalami krisis psikologis ketika itu. Untuk pertama-kalinya pula ketika itu saya berpikir untuk tak pernah lagi melompat," urainya.
    Banyak yang tak percaya ia pernah punya niatan seperti itu. Bagaimana mungkin seorang perempuan yang seperti ditakdirkan untuk melompat ini --Vlasic pada usia 16 tahun sudah ikut ajang Olimpiade-- akan mematahkan sayap takdirnya sendiri?
    Namun tekanan, dan ambisi untuk menggapai yang terbaik yang tak kunjung jadi kenyataan, kerap jadi bumerang pada para atlet. Itu pula yang terjadi pada Vlasic.
    Pada 2008 ia datang ke Beijing dengan optimisme setinggi langit. Ia memang paling difavoritkan ketika itu. Siapa nyana, di babak final ia terpeleset dan gagal melewati 2.05m, sehingga medali emas pun jatuh pada Tia Hellebaut dari Belgia.
    "Saya sangat stres bahkan sebelum berangkat ke Beijing," kata Vlasic. "Setiap orang seolah menagih saya harus mendapatkan medali emas. Perak memang tak terlalu mengecewakan tampaknya. Tapi jauh di dasar hati saya sangat kecewa."
    Kesialan terus berlanjut beberapa pekan kemudian di Kejuaraan Eropa. Ia kembali gagal. tak tanggung-tanggung, ia bahkan gagal melewati 1.92 meter, yang jauh dari lompatan terbaiknya 2.08m.
    "Emosi saya benar-benar diaduk-aduk. Saya menangis di tengah lapangan disaksikan ribuan orang. Saya tak peduli. Saya merasa benar-benar hancur," ujarnya.
    Beberapa bulan setelah itu, Vlasic terbang ke Los Angeles untuk pemotretan iklan dengan Adidas. Di sanalah, saat solitude alias menyendiri, ia menemukan pencerahan.
    "Hari terakhir di Los Angels, kami pergi ke Chinatown, dan saya menyetir," ujarnya. "Saya memisahkan diri dari rombongan dan turun di Santa Monica. Saya lari sendirian di pantai. Di tengah perjalanan, tiba-tiba motivasi itu kembali datang. Seperti sebuah sulap. Dan saya katakan 'Ini dia. Saya akan kembali, dan melakukan yang terbaik tanpa melihat pada hasil'," ujarnya mengenang masa kebangkitan tersebut.
    Sejak itulah, latihan mental menjadi porsi terbesar dari penggojlokan dirinya. "Saya merasa terlahir kembali. Jauh lebih termotivasi lagi, dan sungguh lega bisa mengatakan itu setelah hampir sebelas tahun berkarier," katanya.
    Ia pun percaya bahwa penguatan pikiran dan mental justru jadi bagian paling penting dalam perjalanan kariernya. Dan itu terbukti ketika ia berhasil comeback, serta menuai prestasi paling membanggakan: sebagai atlet putri terbaik tahun ini. (Tribunnews/den)

- Pakai Foto Buat Biofile
Blanka Fact
Nama lengkap: Blanka Vlasic
Tanggal lahir: 8 November 1983 (27 tahun)
Tempat lahir: Split, Yugoslavia (sekarang Kroasia)
Kediaman: Split, Kroasia
Tinggi: 1.93 m
Berat: 75 kilogram
Negara: Kroasia
Pelatih: Josko Vlasic, Bojan Marinovic
Prestasi
Kejuaraan Dunia
- Juara satu di Osaka 2007
- Juara satu di Berlin 2009
Olimpiade
- Medali perak di Beijing 2008
Rekor Terbaik
- Outdoor: 2.08 m
- Indoor: 2.06 m

---
- Foto Blanka 1
Tantangan Lewati 2.09 Meter
ADA sebuah tugas besar menanti Blanka Vlasic. Tugas besar itu adalah memecahkan rekor lompat tinggi putri yang saat ini masih dipegang oleh Stefka Kostadinova. Pada 1987 lalu, atlet putri asal Bulgaria itu berhasil melampaui 2.09 meter. Rekor yang terus bertahan sampai sekarang.
    Rekor terbaik Vlasic sendiri adalah 2.08 meter. Hanya terpaut satu sentimeter memang, namun jelas butuh latihan sangat keras, dan juga keberuntungan agar bisa melewati patokan rekor dunia tersebut.
    Saat ini memang, Vlasic --yang sudah bangkit dari frustrasi-- menjadi ratu lompat tinggi. Ia seolah tak punya lagi lawan, dan masih tetap jadi kandidat kuat meraih medali emas di Olimpiade London 2012 nanti.
    Masalahnya, dalam usianya yang sekarang menginjak 27 tahun, Vlasic dinilai tak bisa lagi untuk melompat jauh lebih tinggi. Tak main-main, pendapat itu lahir dari analisis pakar Universal Sport, Dwight Stones.
    "Dalam usia 27 tahun, saya percaya secara teoritis ia sudah mentok, tak bisa melompat lebih tinggi lagi," kata Stones. "Saya percaya, ia telah mengabaikan potensi untuk mencatatatkan rekor lebih baik beberapa tahun ke belakang."
    Vlasic sendiri dengan sengit mementahkan analisis tersebut. Bahkan ia menantang, akan membuktikan dirinya bisa melompat jauh lebih tinggi lagi dari yang diperkirakan para pakar.
    "Saya tak percaya 100 persen dengan teori itu. Saya pikir ini hanyalah masalah seberapa keras kamu berlatih, dan seberapa tepat menu latihan kamu. Ditambah dengan berbagai hal teknis lain. Ini bukan menyangkut usia," ujarnya.
    Jadi, siap untuk melompati 2.09 meter tahun depan? Penuh kepastian, perempuan yang menjulang dengan tinggi 193 meter dan berat 73 kg ini menganggukkan kepala. (Tribunnews/den)

- Foto Blanka 2
Menangis Gara-gara Isu Video Porno
SELAIN tekanan di lintasan atletik, ada hal lain yang sempat membuat Blanka Vlasic frustrasi. tak lain adalah berbagai isu yang menyerangnya dari berbagai sudut, termasuk juga isu tentang video porno miliknya.
    Isu video ini ramai menyeruak beberapa saat sebelum digelarnya kejuaraan dunia indoor di Qatar beberapa waktu lalu --hal yang langsung merusak konsentrasinya.
    Ketika isu itu menghebat, Vlasic sendiri masih belum tahu. Ayahnya yang sekaligus jadi manajer, serta sang pelatih, Josko, menutup informasi soal isu video porno tersebut. Meski akhirnya kabar burung itu sampai juga ke telinga Vlasic.
    "Saya benar-benar stres mendengarnya. Saya menangis seperti bayi selama dua jam. Saya berteriak 'ada apa lagi ini? Apakah saya pernah melakukan itu? Tolonglah, karena saya tak pernah melakukannya?'"," kata Vlasic menirukan jeritan keperihannya saat itu.
    "Sangat menyakitkan ketika ada orang lain di luar sana yang ingin membuatmu malu dan sengsara. Saya sampai berpikir 'jangan-jangan itu memang saya, tapi saya tak sadar ketika melakukannya'. Begitulah, pikiran saya kacau dengan perbuatan yang tak saya lakukan," ujarnya.
    Untunglah, setelah melibatkan pakar multimedia dari Kroasia, terbukti bahwa video porno itu memang bukan dirinya. Dan isu itu pun mereda dengan sendirinya. Namun, Vlasic sudah terlanjur trauma.
    Kini, ia memilih untuk menutup mata dengan segala yang diberitakan media. "Saya terlanjur jadi figur publik. Semua perbuatan saya sepertinya jadi hak orang banyak. Kini, saya tak pedulikan semua itu. Saya hanya ingin jadi diri sendiri. Melakukan apa yang saya inginkan sepanjang hal itu positif. Berjemur di pantai, nonton ke bioskop,  dan tak peduli dengan apa kata koran nanti," ujarnya. (Tribunnews/den)


- Foto Blanka3
Cita-cita Awal: Jadi Sprinter
LAHIR di Split, Kroasia pada 8 November 1983, Blanka Vlasic diwarisi darah biru olahraga. Ibunya, Venera, adalah atlet basket amatir, dan atlet cross country. Sedang ayahnya, Josko Vlasic, atlet decathlon nasional yang pernah memecahkan rekor nasional.
    Sang ayah pula yang sering membawanya ke lintasan atletik. Menyaksikan sang ayah berlatih, Blanka kecil pun terpincut ikut meniru. Namun pilihan utamanya ketika itu adalah menjadi sprinter, yang kemudian menjadi cita-citanya. Saat itu usianya baru enam tahun.
    Dalam perkembangannya, Blanka kemudian mencoba berbagai cabang olahraga lain. Ia jadi atlet basket dan volley ball populer di sekolah karena punya postur paling tinggi.
    Sempat pula ia terpikir untuk menjadi pebasket profesional. Namun, belakangan Blanka merasa dirinya tak cocok dengan olahraga tim, dan cenderung menyukai olahraga individual.
    Sang ayah yang melihat putrinya bingung menentukan pilihan, akhirnya mengarahkannya ke cabang lompat jauh. Tak dinyana, ternyata ia langsung merasa cocok.
    Dan memang di situlah talentanya. Terbukti, pada usia lima belas tahun ia sudah mampu melewati 1.80 meter untuk menjadi juara Kroasia. Setahun kemudian, pada usia 16 tahun ia sudah melewati 1,93 meter, yang mengantarkannya menjadi wakil Kroasia pada Olimpiade. (Tribunnews/den)

The Midfield Wonderboy

The Midfield Wonderboy
SEPINTAS tak ada yang istimewa pada diri anak muda berusia 18 tahun ini. Seperti remaja Anak Baru Gede (ABG) lain, ia sangat suka main Playstation, nongkrong di mall, dan menggosip soal perempuan. Ia pun masih serumah dengan orangtuanya di Hitchin, Hertfordshire. Yang membedakannya adalah, ia sudah masuk timnas Inggris.
    Jack Wilshere, nama pemuda ini baru saja dipanggil Fabio Capello masuk tim The Three Lions. Gelandang serang muda Arsenal tersebut bakal bersanding dengan para pemain elite dunia asal Inggris seperti Steven Gerrard, Frank Lampard, dan Wayne Rooney.
    Dalam keseharian, ia memang tak beda dengan para ABG lain. Hanya, dalam urusan sepakbola, ia adalah sebuah anomali. Wilshere bisa main jauh lebih hebat dari para remaja seusianya.
    Banyak yang menyebut aksinya mirip Wayne Rooney, yang lain menyebutnya mirip Paul Gascoigne muda. Namun, lebih banyak yang menilai aksinya mirip Joe Cole. Lain lagi dengan Pelatih Arsenal, Arsene Wenger yang bahkan menyebut penampilannnya sangat mirip dengan Cesc Fabregas, dan bersiap menjadikannya sebagai 'The Next Fabregas' di Stadion Emirates.
    Seperti juga ABG lainnya, Wilshere mengaku sangat bangga bisa bercakap-cakap dengan pelatih Inggris, Fabio Capello beberapa hari sebelum ulang-tahunnya ke-18 yang jatuh pada 1 Januari.
    "Saya dipertemukan dengan  (Fabio) Capello," ujarnya dalam sebuah wawancara dikutip dari 'Times Online', belum lama ini. "Saya dikenalkan oleh staf 'Ini Jack Wilshere'. Dan Capelo berkat 'Saya tahu, saya tahu'," ujarnya penuh bangga.
    Wilshere pantas bangga karena kariernya memang baru seumur jagung, tapi sudah dikenal oleh pelatih sekaliber Capello. Bergabung dengan Arsenal senior sejak 2008, ia hanya dua kali tampil. Dan musim lalu ia menghabiskan waktu sebagai pemain pinjaman untuk Bolton Wanderes dengan rekor 14 bermain, dan satu gol.
    Namun, ia memenuhi setiap jejak rekam untuk menjadi pemain bintang. Tangga untuk menuju pemain nasional ditekuni dengan sempurna. Ia bermain dua kali di Inggris U16, sembilan kali di Inggris U17, sekali di Inggris U19, dan lima kali untuk Inggris U21.
    Saat Piala Emirates Agustus tahun lalu, ia tampil gemilang untuk Arsenal. Dan ketika itulah, Capello sempat berujar bahwa dirinya punya potensi untuk dipanggil masuk timnas. "Ia pantas masuk timnas, dan diproyeksikan untuk Euro 2012 nanti. Dua tahun lalu, usianya sudah 20 tahun, dan masuk dalam usia matang untuk atlet," ujar Capello ketika itu.
     Wacana kian menguat sesuai dengan kebiasaan media di Inggris yang gemar membesar- besarkan topik menarik. Spekulasi beredar bahwa Wilshere bakal masuk tim untuk Piala Dunia 2010, dan dijadikan sebagai 'Theo Walcott' baru, yang pernah berlaga di Piala Dunia pada usia 17 tahun.
    Ketika itu, Wilshere hanya tertawa mendengarnya. Faktanya memang, namanya kemudian tak masuk dalam list.
    "Saya tak sebodoh itu. Saya tahu untuk dipanggil masuk timnas, syarat pertama adalah kamu harus jadi starter di klubmu. Karena itu, saya tak akan patah hati kalau tak dipanggil, karena memang saya masih minim pengalaman," katanya.
    Capello terbukti kemudian memenuhi janjinya. Usai Piala Dunia dimana timnya harus menelan pil pahit dipermalukan Jerman di perempat-final, pelatih asal Italia ini langsung bebenah. 13 pemain lama didepak, 13 pemain baru dipanggil, termasuk satu di antaranya adalah Wilshere.

    Pelatih Arsenal, Arsene Wenger langsung angkat suara begitu ada pemanggilan tersebut. Ia menilai, Wilshere memang sudah pantas masuk timnas. "Kenapa tidak? ia punya segala syarat untuk bersaing dengan pemain terbaik lainnya. Hanya saja, karena ia masih muda, memang diperlukan strategi khusus untuk membinanya," kata Wenger.
    Dan Wilshere kini tak lagi tertawa, seperti ketika gosip mencuat dirinya akan masuk timnas pada tahun lalu. Pemuda rendah hati ini justru tertegun saat kabar gembira itu tiba.  Ia sadar pintu untuk menjadi pemain bintang sudah terbuka. Tapi, ia pun tahu, di luar pintu sana beragam tantangan berat menantinya.
    "Ini peristiwa terbesar dalam hidupku. Tapi, ini bukan akhir segalanya. Justru, inilah awal dari segalanya. Saya akan perlihatkan bahwa saya memang pantas masuk timnas," ujarnya bertekad. (Tribunnews/den)

---- Buat di Grafis
Wilshere Fact
Nama lengkap: Jack Andrew G. Wilshere
Tanggal lahir: 1 Januari 1992 (18 tahun)
Tempat lahir: Stevenage, Inggris
Tinggi: 170 m
Posisi: gelandang
Informasi klub
Klub sekarang: Arsenal
Nomor: 19
Karier Yunior
2001        Luton Town
2001-2008    Arsenal
Karier Senior
2008-        Arsenal        2    (0)
2010        Bolton (Loan)    14    (1)

Tim Nasional
2006-2007    Inggris U16    2    (0)
2007-2009    Inggris U17    9    (0)
2009-        Inggris U19    1    (0)
2009-        Inggris U21    5    (0)
2010-        Inggris     0    (0)



Rapor Wilshere *
Loyalitas 6,5
Kreatitivitas 7,0
Disiplin 5,0
Diving 5,0
Kontrol bola 6,5
Daya tahan 5,0
Passing 7,0
 Shooting 6,5
Speed 6,0
Tackling 5,0
Visi 7,0   
*) versi Goal.com
-----------------------------




Biasa Bermain dengan Senior
BAGAIMANA seorang wonderboy seperti Jack Wilshere bisa muncul? Patut diketahui, ia tak punya latar-belakang pesepakbola jalanan seperti halnya Wayne Rooney. Juga, ia tak dikaruniai talenta tubuh atletis seperti halnya Theo Walcott. Dan, ia pun tak punya gen darah biru sepakbola layaknya Ryan Giggs.
    Cerita masa lalu Wilshere memang tak keren. Saat kecil, ia hanya sering bermain bola di belakang rumah bersama saudaranya, Tom, dan Ayahnya, Andi.
    Tom, dan Andi adalah pemain level amatir yang cukup jago. Ibunya, Kerry senang olahraga saat SMA, sedang adik perempuannya, Rossi masuk klub atletik di sekolah. Tak ada yang istimewa, dan sangat mirip dengan keluarga biasa pada umumnya, bukan?
    Jika pun ada langkah yang membuat takdir Wilshere jadi berbelok 180 derajat adalah keputusan sang ayah memasukkannya ke Sekolah Sepakbola Letchworth U-8, saat usianya enam tahun. Ketika itu, pelatihnya menyebut Wilshere punya kemampuan kontrol bola luar biasa. Bakat terpendam pun mulai menyembul ke permukaan.
    Dan 'berlian' itu makin terasah berkat tempaan tepat, serta latihan efisien. Maka, saat usianya 16 tahun ia sudah masuk timnas Inggris U-16, dan pada usia 15 tahun sudah masuk Arsenal U-18.
    Wilshere sendiri bingung saat ditanya kenapa dirinya bisa begitu brilian bermain bola di usia yang masih muda. "Padahal saat kecil saya juga main rugbi dan hoki, tapi tak ada yang lebih mudah dan mengasyikkan ketimbang bermain bola," ujarnya dikutip dari TimesOnline, belum lama ini.
    "Saya pikir itu semua berjalan secara alamiah. Saya biasa bermain dengan orang lebih tua saat saya masih berusia tiga atau empat tahun. Kerena mereka secara fisik lebih besar, saya harus memakai trik-trik khusus untuk melawan mereka," katanya.
    Diungkapkan, cara berlatihnya pun terbilang standar, sama seperti pemain lain. "Saya berlatih, sama seperti yang lain. Tapi, saya merasa tak tak ada yang sulit selama latihan. Juga ketika saya melihat ada pemain beraksi gemilang di televisi, saya langsung berpikir untuk mencobanya, dan ternyata saya bisa," ujarnya. (Tribunnews/den)

Berlatih Passing dan Passing
JACK Wilshere adalah pendukung fanatik West Ham, dan pengagum Paolo di Canio. Namun, klub pertamanya adalah Luton. Usia sembilan tahun, ia membela klubnya melawan Barnet dalam sebuah pertandingan. Ketika itulah, bakat ajaibnya diendus pemandu bakat dari Arsenal.
    "Lucunya, wasit saat pertandingan itu ternyata adalah pemandu bakat dari Arsenal. Ia pun menawari aku untuk masuk Akademi Arsenal," kenang Wilshere.
    Uniknya, ketika itu ia merasa sangat betah di Luton, dan tak berniat untuk pindah. Berkat dorongan sang ayah, akhirnya ia menyerahkan formulir hanya beberapa jam sebelum pendaftaran ditutup.   
    Ia pun melangkah masuk ke Gunners' Hale End Academy, ditukangi dua pelatih Steve Bould, dan Neil Banfield. "Saya berutang-budi pada keduanya. Mereka fokus pada dasar sepakbola yang benar," ujarnya.
    Dasar sepakbola seperti apa yang dimaksud? Ini dia, kata Wilshere, para pemain dibawah usia 10 tahun terus menerus digenjot dengan latihan passing alias mengumpan.
    "Tiap hari kami dilatih passing, dan passing. Dan harus selalu passing ke depan. Kami sparring partner dengan tim akademi Ajax yang punya konsep latihan serupa. Seru karena pola kami hampir mirip. Pelatih terus meneriaki kami untuk maju, demikian juga pelatih Ajax memberi perintah serupa pada timnya," ujar Wilshere mengenang.
    Sedemikian dalam pola latihan passing dan passing itu di alam bawah sadarnya, hingga saat menguasai bola yang ada dalam pikirannya adalah harus mengumpan pada siapa lagi.
    "Saat saya menerima bola, yang saya pikirkan adalah bisakah aku mengumpannya ke depan? Jika tidak, saya akan mendribble dulu bola untuk mendapat posisi yang bagus untuk mengumpan. Jika pun masih sulit, baru saya akan memberi umpan ke samping," katanya. (Tribunnews/den)


Kenangan bersama Henry
SEBUAH kenangan indah terpatri dalam diri Jack Whilshere saat usinya menginjak 15 tahun. Ketika itu, pada suatu pagi yang berkabut ia bersama tiga rekannya dari akademi Arsenal dipanggil untuk bergabung latihan dengan tim inti Arsenal.
    Hati Whilshere pun langsung berbunga-bunga. Berlatih bersama para pemain idola adalah dambaannya. Dan masih ingat tangan hangat Thierry Henry, yang ketika itu masih jadi bintang The Gunners, saat menyalaminya. "Saat Henry menyalamiku aku merasa sedikit 'Whoa'. Gugup. Senang. Luar biasa," ujarnya dikutip dari TimesOnline.
    Dalam sebuah game di latihan itu, sebagai gelandang serang ia dipasangkan dengan Ray Parlour, dan Freddie Ljungberg, serta Thierry Henry di depan. Dan ia mengaku serasa bermain di alam mimpi.
    Tapi yang membuatnya lebih terkesan lagi adalah saat latihan menendang di akhir latihan. "Ketika itu Henry melepaskan shooting dahsyat beberapa kali membentur tiang gawang. Saya tak tahu apakah itu sengaja atau tidak. Tapi sepertinya ia memang sengaja melakukan itu. Ia memang pemain hebat," katanya.
    Ia pun sempat berangan-angan bisa bermain bareng Henry di tim utama Arsenal. Sayang impiannya terputus karena striker Perancis itu keburu hengkang ke Barcelona.
    Padahal, setahun kemudian, saat usianya 16 tahun 256 hari, Wilsherer untuk pertama- kalinya secara masuk dalam latihan resmi tim utama Arsenal. Dan ia menjadi pemain termuda Arsenal yang berlaga di Premier League, saat melawan Blackburn.
    Itu sebuah momen istimewa. Ayah dan ibunya pulang cepat untuk menonton dirinya bertanding melalui pesawat televisi. Keluarga, dan tetangganya pun berkumpul di rumah mereka di Hitchin menonton si remaja ABG berlaga. Tak lama setelah itu, ia menjadi pemain Arsenal termuda  yang bermain di liga Eropa saat melawan Dynamo Kiev  (Tribunnews/den)



Sering Begadang Main Game
LEPAS dari dunia lapangan hijau, Ray Wilshere adalah seorang maniak game. Saat hari libur, mendadak ia menjadi 'nocturno' atau burung yang terus terjaga sampai dini hari, untuk bermain Playstasion secara online. Yang dimainkan biasanya adalah game FIFA Soccer, dan Call of Duty.
    Ingin tahu lawan mainnya? Tak jauh-jauh ternyata, masih pemain muda Arsenal juga. "Theo Walcott selalu on, Aaron Ramsey juga. Mereka teman begadangku. Mereka boleh lebih jago di lapangan, tapi dalam game, akulah masternya," ujarnya.
    Wilshere memang pribadi yang tahu diri, dan terus ingin belajar. Latihan baginya menjadi sesuatu yang menyenangkan karena ia bisa menyerap banyak pelajaran dari para senior.
    "Saat latihan saya perhatikan gaya Andrey Arshavin yang punya teknik hebat. Juga Samir Nasri, pemain yang katanya punya gaya permainan  mirip denganku. Saya juga banyak belajar dari Cesc Fabregas bagaimana cara mengendalikan diri, dan juga dari Theo Walcott," ungkapnya.
    Tentang Walcott, Whilshere punya obsesi tersendiri. Ia ingin mengalahkannya dalam adu sprint satu hari. "Untuk urusan sprint, ia tak ada duanya. Tapi sebenarnya dalam urusan daya ledak saya lebih unggul. Ketika start aku biasa unggul lebih dulu sampai 10 meter, namun selanjutnya ia bisa berlari lebih cepat. Tapi, satu hari nanti aku berjanji mengalahkannya," ujarnya.
    Posturnya yang hanya 170 meter kerap dianggap sebagai satu titik lemah. Namun, Wilshere justru melihatnya sebagai sebuah kelebihan.
    "Pendek itu justru bisa menolong. Itu memberimu keuntungan lebih cepat dan lebih lincah bergerak karena tarikan gravitasinya lebih kuat. Banyak pemain Premier League yang tinggi, asal kita cerdik kita bisa mengalahkan mereka dalam duel satu lawan satu. Fisik bukan masalah buatku," ujarnya. (Tribunnews/den)

Selasa, 01 Maret 2011

Era Wozniacki

Era Wozniacki

Intro
Ada banyak alasan menyebut Caroline Wozniacki adalah ratu tenis saat ini. Performa yang terus menanjak hingga membuatnya berpotensi jadi peringkat satu dunia WTA, wajah cantik, dan kepribadian ramah, semuanya membuat petenis Denmark ini semakin mencorong. Berikut sepuluh alasan kenapa Wozniacki pantas disebut ratu tenis Dunia saat ini.

1 Sulit Ditebak
Wozniacki punya aneka ragam pukulan mematikan. Seperti Martina Hingis, ia menggunakan segala macam trik dari kamus teknik yang dimiliki untuk mengalahkan lawannya.  Ia pun sulit diprediksi. Ritmenya tak teratur hingga membuat para penonton --termasuk juga lawannya-- berdebar-debar menebak-nebak ke arah mana bola akan dipukulnya. Kita tak akan pernah tahu kemana bola pukulannya mengarah, sampai ketika Wozniacki sendiri yang mengarahkan bola tersebut.
2. Murah Senyum
Wozniacki seperti tak pernah kehabisan energi untuk memberikan senyuman saat di lapangan. Kendati ia sedang terjatuh, kendati kalah dari lawan, petenis berusia 20 tahun ini terus menebarkan senyuman. Foto-fotonya di media massa pun dengan sendirinya selalu menghadirkan wajah cerianya
3. Matang
Di awal karier, kelemahan Wozniacki adalah tak bisa menguasai permainan. Ia seperti selalu ditekan lawan. Kini, ia berbalik jadi penekan di setiap pertandingan. Ia menjelma bagai Serena dan Venus Williams baru yang terus tanpa henti menekan lawan-lawannya.
4. Cantik
Siapa yang menyangkal Caroline Wozniacki punya wajah cantik, dan perawakan yang menarik. Itulah yang menjadi berkah tambahan untuknya. Ia bisa menjadi Anna Kournikova, yang lebih terkenal karena kecantikan ketimbang prestasi. Bedanya, Wozniacki mengimbangi kecantikannya dengan kehebatan di lapangan.
5. Mental Baja
Satu hal yang membuat Wozniacki bisa masuk jajaran petenis elite putri adalah ia punya mental sekuat baja. Di dunia tenis putri yang terkenal dengan sikap 'moody' dari para pelakonnya, punya mental baja adalah sebuah keistimewaan. Ia tak pernah membiarkan 'mood' merusak permainannya.
6. Rekor Gemilang
Wozniacki membuat dunia tercengang ketika tahun lalu melangkah anggun ke final US Open sebelum dihentikan Kim Clijsters. Sejak itu, ia memang sulit ditahan lagi. Rekornya sungguh cemerlang,  35-15 di ajang grand slam.
7. Marketable
Sejak mencuri perhatian di US Open tahun lalu, sejumlah produsen terkenal dunia langsung mengendus bakat mentereng pada diri Wozniacki. Ia pun kontan digandeng Adidas dan Rolex. Dengan nama yang sudah mendunia, dan wajah cantiknya, siapa yang tak akan melirik gadis cantik ini, bukan?
8. Muda
Usianya baru 20 tahun dan ia sudah masuk jajaran petenis elite dunia. Setiap cabang olahraga pasti merindukan hadirnya bintang muda untuk mewarnai, sekaligus sarana promosi. Jika dunia golf merindukan hadirnya Tiger Woods baru, dunia tenis putri bersyukur sudah menemukan Maria Sharapova baru, bahkan mungkin prestasinya bisa jauh lebih hebat dari petenis Rusia tersebut.
9. Model Panutan
Wozniacki tak melulu mengandalkan hidupnya pada dunia tenis. Ia pun tertarik menggeluti dunia fashion, dan konsentrasi juga di dunia pendidikan. Tahun depan, ia berencana kuliah di Universitas Yale mengambil jurusan manajemen bisnis secara online.
10. Agresif
Agresivitas menjadi salah satu tuntutan untuk menjadi seorang bintang. Dan Wozniacki memenuhi syarat itu. Lihat saja, ia tak kenal ampun melibas lawan-lawannya. Petenis harapan Asia Kai-Chen Chang dihabisi hanya dalam 47 menit. Pun petenis sekaliber Maria Sharapova dibikin tunggang-langgang. Wozniacki memang pantas menjadi ratu tenis dunia saat ini. (Tribunnews/den)


Wozniacki Fact
Nama: Caroline Wozniacki
Negara: Denmark
Kediaman: Monte Carlo, Monaco
Tanggal lahir: 11 Juli 1990 (20 tahun)
Tempat lahri: Odense, Denmark
Tinggi: 1.77 m
Berat: 58 kg
Debut pro: 18 Juli 2005
Tunggal
Rekor: 227-88
Gelar juara: 11 WTA, 4 ITF
Rangking Tertinggi: no 2 (22 Maret 2010)
Rangking Sekarang: no 2 (6 Oktober 2010)
Ganda
Rekor: 30-43
Gelar Juara: 2 WTA, 0 ITF
Rangking tertinggi: no 52  (14 September 2009)



Serba-Favorit
Makanan - Tacos
TV Show - "House"
Musik - Mariah Carey
Latihan - Tinju, Renang
Olahraga (di luar tenis)- Sepakbola, basket
Tempat belanja_ New York
Desainer- Armani Exchange, Diesel, Miss Sixty, Louis Vuitton, Gucci
Kosmetik - Proactiv
Raket- - Babolat Aeropro Drive
Sepatu - Adidas Barricade
Aktor - Johnny Depp
Film - Titanic, Wedding Crashers, Lord of the Rings, National Treasure
Turnamen - Wimbledon, U.S. Open, Indian Wells
Petenis - Roger Federer
Pesepakbola - Fernando Torres

Penampilan Nomor Satu
BERTAMBAH lagi deretan petenis modis di kancah tenis putri dunia. Kali ini yang sedang jadi sorotan lantaran peringkatnya terus menapak menuju yang terbaik adalah Caroline Wozniacki. Ia makin menarik untuk diulas karena selalu tampil modis, dan mengasyikkan untuk dilihat.
    Maklum, petenis Denmark 20 tahun ini adalah pengagum berat mantan petenis modis asal Rusia, Anna Kournikouva. Ia pun tak ragu sekali-kali meniru Kournikova yang pernah dinobatkan sebagai atlet putri terseksi sejagat itu.
    Dalam sebuah wawancara dikutip dari situs 'Fashionspot', Wozniacki terang-terangan menyebut dirinya seorang yang 'fashionable'. Ia memang kerap dijumpai di berbagai acara fashion show, dan jadi pengunjung tetap New York Fashion.
    "Bagi saya, penampilan adalah nomor satu. Mengenakan kostum yang menarik bisa membangkitkan kepercayaan diri. Saya beruntung karena dikontrak Adidas, dan Stella McCartney hingga saya punya pasokan kostum spesial yang tak pernah dipakai orang lain," ujarnya.
    "Sangatlah penting untuk tampil cantik di lapangan. Setelah merasa nyaman dengan penampilan, baru saya akan konsentrasi 100% di lapangan," ujarnya lagi.
     Ia pun mengaku tak sungkan jika disebut sebagai salah satu petenis terseksi saat ini. Penampilannya di US Open lalu misalnya, banyak dikenang setelah ia tampil begitu menggoda dengan cat kuku kuning menyala yang dipadupadankan dengan dalaman bra yang juga berwarna kuning menyala.
    "Saya ingin selalu ingin tampil menarik. Apa salahnya dengan itu? Sekarang, fan pria saya pun jadi bertambah," katanya sembari tertawa. (Tribunnews/den)

Latihan Tinju untuk Genjot Stamina
ADA satu resep kesuksesan Caroline Wozniacki yang mungkin bisa ditiru petenis lainnya. Ternyata, untuk meningkatkan kekuatan stamina, kelincahan kaki, dan kekuatan pukulan, ia rutin berlatih tinju.
    Tak main-main, untuk memperdalam teknik tinju, ia berlatih langsung pada juara dunia tinju kelas super middleweight, Mikkel Kessler. Keduanya memang sahabat karib, dan sering menonton tinju bareng.
    "Menurutku, tinju memang sangat dekat hubungannya dengan tenis. Lewat tinju, aku berlatih untuk meningkatkan kekuatan dan kelincahan kaki. Belajar kuda-kuda agar tak mudah jatuh," ungkapnya.
    Melalui tinju pula, katanya, ia berlatih mengerahkan pukulan keras. "Cara mengayunkan raket itu sama dengan memukul ala petinju, yakni memakai gerakan pinggang. Semakin sering aku berlatih memukul samsak dengan benar, semakin terlatih reflek-ku mengayun raket penuh tenaga," katanya.
    Di internet, beredar pula video Wozniacki sedang berlatih tinju. Bak petinju profesional, ia memukuli samsak dengan pukulan yang tepat, bertenaga, dan terarah. Ia pun terlihat memukuli punching pad dengan cepat dan teratur.
    Berminat jadi petinju 'beneran?' "Haha, yang saya kagumi adalah spirit bertarung seorang petinju. Begitu agresif dan penuh tenaga. Tapi, jika saya disuruh naik ke atas ring, lutut saya pasti sudah gemetar terlebih dulu," katanya. (Tribunnews/den)

Hidup yang bagai Dongeng
CAROLINE Wozniacki sering mengatakan kisah hidupnya bagai sebuah dongeng indah. Bukan karena ia lahir di Odense, Denmark, tempatnya pengarang tenar dongeng anak-anak HC Andersen dilahirkan, tapi karena hidupnya memang penuh kebetulan, dan kejutan yang berakhir dengan 'happy ending', seperti dongeng sesungguhnya.
    Ia beruntung lahir dari keluarga yang punya darah biru olahraga. Ayahnya, Piots Wozniacki adalah mantan pesepakbola timnas Polandia. Ibunya, Anna Wozniacki pun adalah pebolavoli nasional Polandia.
    Darah biru olahraga itu mengalir deras hingga pada usia tujuh tahun Caroline lebih sibuk memukul bola tenis ke dinding rumahnya ketimbang bermain dengan teman sebaya.
    Melihat minat sang anak begitu menggebu, ayahnya pun memasukkannya ke sekolah tenis. Tiga tahun kemudian, pada usia sepuluh tahun, dongeng indah itu pun dimulai.
    Ia tampil di televisi Denmark sebagai petenis cilik berbakat. Setahun kemudian, ia diundang pangeran Frederick Andre Henrik Christian yang memang penggila tenis, ke istananya, Frendesborg Palace. Di sana, ia ditantang untuk bermain tenis.
    Kemudian hari, mereka jadi sahabat. Bahkan sang pangeran hadir ketika ia menjuarai turnamen Wimbledon Junior dan memberinya hadiah chek perjalanan senilai tiga ribu dolas AS.
    Usia 13, ia makin mantap jadi petenis putri Denmark nomor satu. Pada 2009, di usia 19 tahun, ia masuk jajaran elite petenis putri dunia. Sebuah happy ending?
    "Saya harap ini bukan ending, tapi starting. Sebuah permulaan untuk dongeng yang indah. Inilah dongeng yang menjadi kenyataan," katanya. (Tribunnews/den)


Jatuh Cinta pada New York
BAGAIMANA cintanya Caroline Wozniacki pada dunia fashion terlihat dari berbagai tulisan di blog pribadinya. Karena fashion itu pula, ia mengaku jatuh cinta pada New York, kota pusat fashion di Amerika Serikat. Berikut cuplikan tulisan Wozniacki di blognya.
    Saya paling suka bermain di US Open. Ingin tahu kenapa? Itu karena faktor New York yang jadi kota penyelenggara. Saya sangat suka kota ini. New York adalah tempat favoritku untuk belanja.
    Tentu saja, fokusku adalah ke pertandingan, tapi saya selalu mencoba mencuri waktu selama di ini. Dan, saya pikir salah satu hal paling asyik yang dikudapati di sini adalah menghadiri pergelaran fashion bersama Anna Wintour dan Roger Federer.
    Saat di New York, saya selalu tinggal di hotel St Giles. Mendapatkan ruangan besar dengan panorama New York yang menawan. Sangat spektakuler.
    Sebelum meninggalkan New york, saya melihat dulu  Cynthia Rowley fashion show. Busananya sungguh menarik. Ia perancang yang sangat berbakat.
    Jadwal saya sekarang adalah ke Tokyo (dimana ia jadi juara, Red), ke Beijing, dan ke Doha. Saya berharap meraih gelar juara di sana, dan bisa menyaksikan pula fashion show. (Tribunnews/den)